Search

Fauzan Aziz

Vivat Academia. Vivant Professores.

Future Leadership

Pada Januari 1993, RSA (Royal Society for the Encouragement of the Arts, Manufacturers and Commerce) melibatkan para senior eksekutif dari 25 top bisnis di Inggris di bawah pimpinan Sir Anthony Cleaver, Ketua IBM Inggris, mengembangkan sebuah proyek penelitian tentang “Perusahaan Masa Depan”.

Tujuan utama penelitian ini adalah merangsang kinerja kompetitif yang lebih besar dengan mendorong para pemimpin bisnis dan para pengambil keputusan untuk memeriksa kembali sumber kesuksesan bisnis mereka yang berkelanjutan di masa depan.

Setelah melalui tahap studi yang berkepanjangan, penelitian secara mendetail dan wawancara tatap muka, serta diskusi langsung dengan lebih dari 8.000 pemimpin bisnis dan pembentuk opini, laporan RSA pun diterbitkan pada tahun 1995. Penelitian ini memang dilakukan di Inggris, tapi banyak pengamat berkeyakinan bahwa hasil ini juga berlaku di negara-negara lainnya. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa:

Beberapa hambatan yang mencegah perusahaan tumbuh menjadi perusahaan global, antara lain:

  • Sikap berpuas diri dari para pemimpin dan sebagian besar anggota tim;
  • Ketidakpedulian atas standar dan selera pasar atau kosumen;
  • Terpaku pada laporan finansial dalam pengukuran kinerja.

Penelitian itu tentu saja mencengangkan sebagian besar perusahaan yang selama ini selalu menggunakan ukuran-ukuran finansial dalam mengukur keberhasilan mereka. Justru perusahaan-perusahaan yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia dan penciptaan budaya unggul lah yang akan menguasai persaingan di masa mendatang.

Setelah penelitian ini dipublikasikan, banyak organisasi mulai bergerak menciptakan kemitraan, hubungan yang lebih setara, kerja sama, nilai-nilai kebersamaan dengan seluruh tim kerjanya, bahkan tidak jarang tujuan organisasi pun didiskusikan dan ditentukan bersama. Para pemimpin yang sebelumnya lebih sering menyampaikan perintah dan komunikasi satu arah, kini mulai membangun hubungan kolaboratif dengan anak buah mereka.

Kondisi semacam inilah yang menciptakan banyak peluang tak terduga bagi perusahaan. Anggota tim yang di-wongke (baca: di-orang-kan) meningkat harkat dan citra dirinya.

Mereka mulai berani mengutarakan pendapat serta memberikan ide-ide, komitmen meningkat drastis, masalah kecil maupun besar sering dipecahkan oleh tim yang sangat termotivasi, peluang-peluang usaha terus membesar berkat dukungan semua anggota tim. Hal ini melahirkan sebuah revolusi dalam paradigma kepemimpinan yang efektif.

Leader Vs Manager

Sayangnya, beberapa orang yang memegang jabatan strategis di posisi struktural dalam banyak perusahaan saat ini belumlah bisa dikatakan sebagai “pemimpin yang efektif”. Mereka bisa saja menduduki posisi direktur, general managersenior manager, dan lain sebagainya.

Tetapi, itu semua hanyalah jabatan. Sesungguhnya beberapa dari mereka belumlah benar-benar bisa “memimpin”. Di sisi lain, terdapat beberapa orang di dalam perusahaan memiliki peran kepemimpinan yang kuat walaupun mereka belum tentu menduduki jabatan strategis.

Kepemimpinan yang efektif dihormati karena tindakannya, bukan karena posisi ataupun jabatannya. Seorang pemimpin yang efektif tidak reaktif dan pasif, tetapi mengambil inisiatif dan menghasilkan tindakan nyata. Seorang pemimpin yang efektif tidak memerintahkan, “Hal ini yang harus dilakukan!”, tapi memastikan segala sesuatu terlaksana sebagaimana mestinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah orang yang biasa melakukan pendekatan “hati-ke-hati”. Pemimpin yang efektif selalu membangun hubungan, dan keberadaannya sangat dirasakan oleh semua anggota tim, terlebih bagi organisasi mereka.

Kebanyakan bisnis masih dikelola oleh sekelompok manajer, bukan “leader”. Organisasi yang besar adalah organisasi yang mayoritas pengelolanya adalah pemimpin yang efektif. Seorang manajer belum tentu seorang pemimpin. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang manajer untuk belajar menjadi pemimpin dengan mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang efektif.

Definisi Leader dan Manager

Definisi dasar seorang pemimpin adalah “seseorang yang memiliki pengikut”. Pemimpin mendapatkan kekuatan pribadi atau karisma melalui kredibilitas. Pemimpin memiliki visi dan mengomunikasikan keyakinan mereka (misi, tujuan, dan nilai-nilai) kepada anggota tim yang mengikuti karena mereka “ingin” mengikuti, bukan karena mereka “harus” mengikuti. Memiliki integritas, kualitas, dan karakter inilah yang menarik serta memikat banyak orang di sekeliling untuk mendukung dan menciptakan loyalitas, sehingga seorang pemimpin yang efektif mendapatkan otoritas dari lingkungannya.

Seorang manajer adalah seseorang yang memiliki kekuasaan posisional dalam sebuah organisasi, dan telah direkrut atau dipromosikan karena kompetensi bisnis yang sudah terbukti atau keterampilan akademik. Orang-orang yang bekerja untuk seorang manajer biasanya melakukan tugas karena mereka diwajibkan, bukan karena mereka ingin melakukan tugas tersebut.

Kepemimpinan adalah “Peran” dan Manajemen adalah “Pekerjaan”

Sebagai anggota tim, mana yang lebih Anda sukai, “dikelola” atau “dipimpin”? Sebagian besar orang akan menjawab lebih suka dipimpin. Begitu juga dengan bawahan kita. Mengapa demikian? Karena kata “mengelola” mengandung makna mengendalikan, menangani, atau bahkan memanipulasi, sedangkan kata “memimpin” mengandung makna membimbing, memengaruhi atau menghimbau. Untuk benda atau barang tak bernyawa (sistem, proses, teknologi, sumber daya lainnya) sangat tepat untuk dikelola, akan tetapi bagi manusia jauh lebih efektif jika dipimpin.

Kunci untuk memimpin orang lain adalah memimpin diri sendiri. Setelah Anda menguasai hal ini, Anda akan menjadi jauh lebih efektif dalam berhubungan dan memimpin orang lain.

Selamat mencoba, karena hasil akhir yang berkualitas dimulai dengan implementasi yang berkualitas (QI). Semoga bermanfaat.

Kevin Wu
Managing Director
COREACTION Result Consulting
 
(Sumber: marketing.co.id)

Entrepreneur VS CEO?

Menjadi CEO pernah menjadi hal yang sangat membanggakan. Sebuah ruangan kerja besar di pojok dengan sofa berlapis kulit yang empuk hanya sedikit fasilitas yang bisa diperoleh oleh para CEO.

Lebih dari itu, posisi CEO adalah penghargaan tertinggi yang bisa diraih seseorang atas pengabdian dan kerja kerasnya meniti tangga karir dalam sebuah perusahaan. Itulah tangga tertinggi dalam sebuah perusahaan.

Namun, saat ini posisi CEO kalah pamor dengan dengan entrepreneur. Kata “entrepreneur” sekarang terdengar lebih seksi ketimbang CEO. Apa sebenarnya yang membuat entrepreuner menjadi lebih “wah” ketimbang CEO?

Berpikir besar

Para entrepreneur atau pengusaha disebut-sebut berpikir lebih besar dari para CEO. Mereka adalah orang-orang yang menciptakan tren dari mimpi-mimpi besarnya. Sementara para CEO dianggap hanya menjalankan apa yang sudah tertera di atas kertas.

Citra petualang Vs pemain aman

Hal ini bisa jadi karena entrepreneur identik dengan petualangan, keberanian mengambil risiko, pemberontakan terhadap pakem-pakem baku, dan kebebasan. Entrepreneur adalah para inovator dan orang-orang yang berpikiran bebas.

Hal ini sangat berlawanan dengan citra para CEO. Mereka identik dengan peraturan, pekerjaan yang membosankan, dan kebiasaan bermain “aman”. Para CEO dianggap sebagai orang-orang yang sangat taat pada serangkaian aturan. Mereka adalah pucuk otoritas sebuah perusahaan.

Selain itu, para pengusaha juga terasa lebih mudah dijangkau kapanpun mereka dibutuhkan. Kita langsung terbayang bagaimana Mark Zuckerberg bekerja dari asramanya di Harvard atau Richard Branson bekerja dari pulau pribadinya, atau Bill Gates dari garasinya.

Pencari celah yang cerdas meski tanpa gelar akademis

Para pengusaha adalah orang-orang yang cukup cerdas untuk mampu mencari celah yang sisakan oleh sistem yang ada selama ini. Kecerdasan mengisi ruang kosong itulah yang membuat mereka sukses dan orang-orang pun menjadi iri.

Keberhasilan mereka membuat orang-orang jadi merasa bahwa meniti tangga karir di perusahaan dan jalur profesional tradisional adalah sesuatu yang mengesalkan. Apalagi saat melihat kenyataan bahwa pengusaha-pengusaha sukses tersebut kebanyakan bukan sarjana. Sebut saja Bill Gates, Mark Zuckerberg, Richard Branson, Ted Turner, Coco Chanel, atau Hendry Ford.

Mengambil risiko untuk maju

Semangat untuk terus mencari sesuatu yang baru dan keberanian dalam mengambil risiko bukanlah sifat-sifat yang kebetulan ada pada diri para pengusaha. Kedua hal tersebut bisa dibilang merupakan salah satu prasyarat untuk menjadi pengusaha.

Para pengusaha tidak takut gagal dalam mencoba sesuatu yang baru. Prinsip mereka adalah lebih baik gagal ketimbang tidak mencoba sama sekali. Kegagalan-kegagalan yang mereka alami dipandang sebagai kesempatan untuk tumbuh.

Ketika para CEO bekerja untuk menyenangkan para pemegang sahamnya, para pengusaha justru membuat bisnisnya sebagai bola liar yang tidak pernah takut dan ragu-ragu mengambil risiko.  

Pebisnis dengan hobi menantang

Para pengusaha tidak saja orang-orang yang mampu membuat tren baru dalam sebuah industri, tapi juga sepertinya pebisnis dengan hobi yang seksi. Tengok saja lihat hobi Branson ber-kitesurfing atau kesukaan Larry Ellison – pendiri Oracle – mengikuti lomba perahu layar.

Coba sekarang Anda sebutkan CEO terkenal yang meniti karir di sebuah perusahaan dengan hobi menantang seperti para pengusaha tersebut. Rasanya nyaris tidak ada.

Hal-hal di atas adalah beberapa hal yang membuat kata pengusaha terdengar lebih seksi daripada CEO. Setujukah Anda?

(Sumber: Forbes.com)

Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Berawal dari gebrakan di Inggris, ekonomi atau industri kreatif kini banyak diadopsi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan komposisi jumlah penduduk usia muda sekitar 43 persen (sekitar 103 juta orang), Indonesia memiliki basis sumber daya manusia cukup banyak bagi pengembangan ekonomi kreatif. Industri Kreatif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian.

Ada 14 subsektor industri kreatif di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, yakni periklanan; arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen; video, film dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan peranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan. Pertumbuhan ekspor industri kreatif tahun 2006-2009 tercatat 2,9 persen. Berikut mengapa ekonomi kreatif sangat dibutuhkan dalam persaingan global dan kontribusi kepada perekonomian nasional.

Salah satu aspek terpenting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia adalah penciptaan wirausahawan kreatif. Karena para wirausahawan inilah yang akan berperan penting dalam pengembangan ekonomi kreatif. Saat ini, Indonesia belum masuk kedalam kelompok negara industri maju di dunia karena masih banyak aspek yang menjadi persoalan dalam mengembangkan sektor industri nasional. Salah satunya adalah masih minimnya pelaku usaha atau pengusaha pada sektor ekonomi terutama ekonomi kreatif. Ini bisa dilihat dari jumlah pengusaha di Indonesia baru sebanyak 440 ribu pengusaha atau sekitar 0,2 % dari total penduduk Indonesia. Bandingkan dengan negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat (20%), Jepang (18%), Inggris (18%), Singapura (10%), China (5%) dan India (5%). Berikut tabel tren pertumbuhan dan kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia.

Melihat perkembangan aktivitas kreatif yang semakin marak digulirkan di berbagai wilayah disertai dengan semakin antusiasnya berbagai kota dan daerah untuk menjadi kota kreatif turut mengindikasikan bahwa ekonomi kreatif telah mengambil peran dalam aktifitas perekonomian nasional. Setiap daerah/wilayah pada umumnya memiliki potensi produk yang bisa diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah yang mesti menjadi intinya lalu ditambah unsur kreativitas dengan sentuhan teknologi. Berikut merupakan diagram penyebaran kontribusi dari 14 sub sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Berdasarkan data yang didapat bahwa kontribusi dari 14 sub sektor industri kreatif didominasi oleh Fesyen sebesar 43,02% dan kerajinan sebesar 25,12% diikuti dengan Periklanan (7,18%), Musik (5,30%) dan Penerbitan Dan Percetakan (4,86%). Ekonomi kreatif diyakini mampu menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah nasional, yaitu: (1) tingginya kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (rata-rata 7,28% per tahun); (2) penyerapan tenaga kerja di tengah tingginya pengangguran (7,75%), dan (3) peran aktif dalam perdagangan internasional.

Sopankah Menanyakan Hasil Tes Wawancara?

Panggilan wawancara kerja merupakan saat yang paling menyenangkan bagi pencari kerja. Karena panggilan tersebut merupakan langkah awal untuk meniti pekerjaan yang diidamkan. Tak heran jika test wawancara atau test interview menimbulkan banyak harapan di dalam diri pencari kerja. Bayangan mendapatkan pekerjaan yang bagus, gaji yang cukup dan teman-teman kerja yang menyenangkan seakan sudah di pelupuk mata.

Tetapi seringkali terjadi harapan tinggallah haapan, panggilan selanjutnya ternyata hanya tinggal penantian dan impian. Dering telepon atau surat panggilan selanjutnya, tak kunjung tiba. Anda pun jadi penasaran dan diliputi berbagai pertanyaan, apakah akan ada panggilan lagi atau memang hasil wawancara Anda tidak diproses. Tak jarang harapan yang tadinya berkobar mendadak padam.

Memang, pada beberapa perusahaan memerlukan waktu yang agak lama bahkan ada yang membutuhkan waktu sampai satu bulan untuk memproses kelanjutan test wawancara. Nah, kalau Anda menghadapi situasi demikian, agar tidak penasaran, Anda dapat menanyakan kepastian kepada perusahaan tersebut melalui telepon. Anda dapat bertanya setelah melewati waktu dua minggu dari waktu wawancara. Tanyakan langsung pada divisi HRD atau orang yang mewawancarai Anda.

Jangan merasa ragu dan takut untuk menanyakan hal ini, karena bertanya merupakan hak Anda. Lagi pula, menanyakan kepastian kabar dan kelanjutan proses lamaran Anda dalam waktu dua minggu atau lebih setelah wawancara adalah hal yang etis dan cukup sopan. Perusahaan pun pasti maklum atas pertanyaan Anda. Untuk itu usai wawancara, ada baiknya Anda menanyakan siapa dan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk menanyakan hasil wawancara Anda.

Jika pihak perusahaan menjawab bahwa hasil test Anda tersimpan dalam database dan sewaktu-waktu diperlukan Anda akan dipanggil lagi, berarti jawaban sesungguhnya lamaran Anda tidak diproses lebih lanjut. Jawaban seperti itu biasanya merupakan penolakan secara halus setidaknya untuk saat itu. Bisa jadi, suatu saat jika ada kualifikasi yang cocok, Anda akan dipanggil lagi. Namun dengan jawaban seperti itu Anda jangan lantas terus menanti tanpa berusaha lagi. Buatlah lamaran lain sebanyak-banyaknya.

Sebaliknya kalau jawaban perusahaan memberi kepastian, misalnya,”Anda memang memenuhi kualifikasi kami dan dengan pertanyaan Anda, kami sekaligus memanggil Anda pada tanggal…”, berarti kemungkinan besar Anda akan diterima. Mungkin saat itu pihak perusahaan belum sempat menghubungi Anda lebih lanjut dikarenakan adanya kepentingan lain.

Hidup ini memang penuh dengan kemungkinan. Untuk itu Anda jangan berhenti berusaha untuk mendapatkan kemungkinan yang terbaik. Sehingga kemungkinan itu akan menjelma menjadi suatu ‘kepastian’ yang menggembirakan.

Source: http://tips-lamaran-kerja.blogspot.com/2007/10/sopankah-menanyakan-hasil-test.html

Leadership in Organization

What is a leader?

Leader is a person who influences a group of people towards the achievement of a goal.

In according with Indra Prastomiyono as a practitioner of Leadership in Grand Seminar IEC 2013, there are several things that a leader should possess:

A leader must be able to influence.

If you’re a leader, influence needs to be a competency. Kenapa leader harus diikuti? Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi harus bisa dipengaruhi oleh seorang pemimpin. Pengaruh yang diciptakan adalah untuk mencapai tujuan bersama organisasi. Keberhasilan seorang pemimpin dalam organisasi dilihat melalui bagaimana orang-orang dalam organisasi tersebut mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin pada dasarnya adalah mengarahkan semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Dan juga mempengaruhi orang-orang di lingkungan sekitarnya untuk mengikutinya. A leader must be able to influence the audience or people, dengan memberikan contoh bagi lingkungannya. Itu cara bagaimana leader bekerja dan menjalankan organisasi.

A leader need to have followers.

Setelah tahap pertama menjadi seorang leader adalah mempengaruhi, maka seorang leader harus memiliki followers. Seseorang dikatakan memimpin, jika dia sudah memiliki orang-orang yang mengikutinya. Ikut merupakan bersama-sama dalam menjalankan suatu visi. Untuk apa ada yang mengikutinya? To achieve the goals of the organization. Ya, tujuan organisasi atau tujuan yang disetujui secara bersama. Mengapa organisasi membutuhkan tujuan? Karena organisasi berjalan untuk suatu pencapaian. Pencapaian memerlukan sinergi dari alat, cara, proses, dan tujuan akhir. Followers merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi. Mempengaruhi merupakan cara untuk mencapai tujuan organisasi. Sinergi merupakan proses memberdayakan leader dan followers. Dan Tujuan akhir adalah pencapaian yang akan dicapai oleh organisasi sehingga that’s why the organization is running until now.

A leader should be a role model.

Selanjutnya adalah leader harus menjadi contoh yang diikuti, bagaimana seorang yang memiliki perilaku buruk menjadi a good leader? Karena pada hakikatnya, seorang pemimpin bertujuan mengarahkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi kepada tujuan organisasi. Pemimpin harus menjadi role  model bagi orang-orang yang ada dalam lingkungannya. Setiap sifat dan sikap yang dimiliki ataupun dilakukan oleh seorang leader, pasti akan ditiru oleh orang-orang yang mengikutinya. That’s why, a leader must have a good attitude and behavior, to influence the people.

A leader need to have integrity.

We have integrity when what people see is the same as who we say we areIntegritas, yaitu antara perkataan dan perbuatan itu harus sejalan. Seorang pemimpin yang berintegritas adalah seorang pemimpin yang memahami dengan jelas, apa yang ingin dan harus ia capai; mengetahui dengan tepat apa yang mesti ia lakukan untuk mencapainya; dan memiliki keterampilan untuk mengatur pelaksanaannya. Integritas akan meningkatkan kehidupan kerja dengan membuat tempat kerja menjadi lebih menyenangkan.

If you are a leader, must be consistent:

  • What you do?
  • What you want to do?
  • What you want to become?

Happy New Year 2013

Resolusi

Sudah 13 hari kita melewati tahun baru 2013, untuk sebagian orang mungkin tahun baru bukan lah sebuah seremoni belaka tetapi menjadi tolak ukur pencapaian dan evaluasi dari apa yang telah direncanakan di awal tahun. Apakah tahun ini akan lebih baik dari tahun kemarin, atau bahkan lebih buruk. Hasil itu merupakan bagaimana kita membuat perencanaan di awal. Saya sangat belajar untuk berhati-hati dalam menulis perencanaan dalam hidup dan dalam resolusi tahunan pun demikian. Fatalnya jika kita salah menuliskan resolusi yang bukan sebuah prioritas.

Resolusi tahun 2012 saya cukup banyak, ada beberapa yang tercapai ada yang tidak. Skala prioritas dalam resolusi saya, Alhamdulillaah sudah hampir tercapai semua. Namun, ada beberapa poin yang belum tercapai. Contohnya, saya meresolusikan mengkonsepkan sebuah bisnis di tahun 2012, dan saya urutkan di poin ke 4 dalam resolusi saya ditahun 2012. Alhasil, sampai akhir 2012 itu hanya konsep belaka tanpa ada implementasi. Maka berhati-hatilah dalam membuat resolusi atau perencanaan dalam hidup Anda. Sekecil apapun kesalahan dalam menuliskan sebuah tulisan yang direncanakan, itu lah yang akan Anda lakukan selama satu tahun kedepan.

Bagi sebagian orang, memvisualisasikan perencanaan dalam hidupnya merupakan sebuah keharusan. Gambar dan tulisan warna-warni menstimulus otak untuk terus mengingat apa yang digambarkan atau dituliskan dengan mempermainkan warna. Ada baiknya pikirkan resolusi Anda secara matang, lakukan pertimbangan jika perencanaan tersebut bersinggungan dengan orang lain. Tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan teman, sahabat, orang tua, dan keluarga Anda. Jika diperlukan sampai berminggu-minggu lamanya untuk menyusun sebuah resolusi, maka lakukan lah. Dan laksanakan dengan keikhlasan dan semaksimal mungkin.

Urutkan resolusi Anda berdasarkan skala prioritas, misalnya Tahun 2013, harus lulus kuliah. Poin kedua, bekerja diperusahaan pada bidang marketing communication, dan seterusnya. Tempatkan hal-hal yang mendesak dan prioritas pada poin pertama sampai ketiga. Selain skala prioritas, masukan dalam daftar resolusi Anda, hal-hal yang disukai. Bukankah kita lebih mudah mengerjakan sesuai yang kita sukai? Biasanya poin-poin tersebut akan lebih cepat dan mudah dikerjakan dan dicapai.

Sebuah pencapaian itu tergantung pada diri sendiri, tergantung pada usaha yang dilakukan. Sekecil apapun usaha yang dilakukan, selalu akan ada hasil. Sebanyak apapun poin-poin dalam sebuah resolusi, seideal apapan resolusi yang dibuat, jika tanpa usaha dan doa maka hasilnya akan sia-sia. Usaha dan doa merupakan syarat mutlak untuk mencapai sebuah keberhasilan dari resolusi yang Anda buat. Least but not last, walaupun sudah hampir memasuki pertengahan bulan Januari tahun 2013, rasanya belum terlambat untuk menyusun resolusi besar Anda di tahun ini. Berikan yang terbaik untuk hidup Anda. Hidup terlalu manis untuk disia-siakan. Selamat menyusun resolusi besar Anda. Happy new year 2013, wish you a great year ahead!

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑