Search

Fauzan Aziz

Vivat Academia. Vivant Professores.

Tag

wirausahawan

What is Entrepreneurial Leader?

Hampir semua setuju bahwa maju mundurnya sebuah perusahaan berada di tangan pemimpinnya. Nakhoda yang inovatif akan membawa perusahaan yang dipimpinnya mampu bertahan dan unggul meskipun ombak dan badai menerjang.Sebaliknya, pemimpin yang hanya bisa meniru, jarang sekali bisa membawa perusahaan yang dipimpinnya untuk bertahan dan selalu unggul di pasar. Lantas bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang inovatif?

MarkPlus, Inc. menyebut pemimpin yang inovatif sebagai Entrepreneurial Leader, atau pemimpin yang berjiwa entrepreneur. Entrepreneurial Leader berbeda dengan pemimpin-pemimpin biasa. Setidaknya terdapat tiga kemampuan yang melekat pada mereka. Pertama, ia mampu mengenali dan  membaca peluang yang ada di pasar (Opportunity Seeker). Kedua, ia mampu memperhitungkan, mempertimbangkan dan mengambil risiko yang melekat pada peluang yang telah dikenali sebelumnya (Risk Taker). Ketiga, ia mampu mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien (Resource Allocator).

Untuk menjadi seorang Opportunity Seeker, dia harus mampu membaca segala macam perubahan yang terjadi di pasar. Mulai dari perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, politik-legal, sosial budaya, ekonomi serta industri. Dia juga bisa melihat, bagaimana dampak perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tersebut terhadap pesaing dan konsumen perusahaan, serta bagaimana pengaruh perubahan pada pesaing dan konsumen tersebut berpengaruh pada perusahaan kita saat ini. Dia juga dapat mengantisipasi ancaman yang harus dihadapi perusahaan, hingga apa saja kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Kesemuanya harus diperhatikan secara seksama sehingga kesempatan yang ada dapat dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin.

Peluang yang terlihat tentunya harus diperhitungkan dengan risiko-risiko yang menyertainya. Mulai dari risiko finansial maupun non-finansial, hingga risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. Pasalnya, setiap industri memiliki karakteristik risiko yang berbeda-beda. Semakin berisiko biasanya semakin besar keuntungan atau profit yang dapat diperoleh. Yang jelas, apapunrisikonya, seorang pemimpin harus mampu meminimalisirnya sehingga jika terjadi suatu kerugian maka tidak mengganggu keberlangsungan hidup perusahaan, Prinsip yang harus dipegang dalam mengelola risiko adalah jangan pernah menaruh semua telur yang kita miliki di dalam satu keranjang secara bersamaan.

Setelah peluang didapat dan risiko dihitung, saatnya mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat berupa finansial maupun non-finansial, sepertibangunan, peralatan, perlengkapan dan manusia. Tentunya sumber daya diperoleh dengan tidak gratis, melainkan ada biaya dan penyusutannya. Prinsip yang harus dipegang adalah optimal penggunaannya demi menghasilkan return yang maksimal (ROI). Semakin besar angka perhitungannya, maka semakin baik investasi yang dilakukan.

Pertanyaannya, bagaimana penerapan ketiga kemampuan tersebut di dalam bisnis? Ada satu contoh menarik yang layak untuk diceritakan disini. Anda yang dulu masih sempat merasakan layanan bis surat, telegram, dan wesel pasti mengetahui perusahaan ini. Ya,dia adalah PTPos Indonesia (Persero).

Di zaman gadget seperti saat ini mungkin banyak yang sudah lupa bahkan tidak mengetahui keberadaan perusahaan ini. Namun tahukah Anda bahwa Pos Indonesia adalah salah satu perusahaan milik pemerintah yang mampu bertahan di pasar berkat kepiawaian pemimpinnya yang merupakan Entrepreneurial Leader?

Dia adalah Setyo Riyanto, mantan Direktur divisi Retail and Property PTPos Indonesia (Persero). Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Direktur Marketing and Business Development di perusahaan yang sama. Pada masa kepemimpinan, beliau banyak melakukan inovasi dan pencapaian pada Pos Indonesia.

Setyo mengungkapkan bahwa tidaklah mudah untuk mempertahankan perusahaan yang bisnisintinya telah termakan zaman dan tergantikan oleh kemajuan teknologi informasi seperti Pos Indonesia. Sekarang setiap orang dapat dengan mudah mengirimkan surat eletronik,bahkan mengirimkan pesan kepada teman dan kolega, dimana pun mereka berada, dalam hitungan detik dengan biaya yang nyaris gratis. Fenomena ini telah mengubur model bisnis yang selama ini dilakukan oleh Pos Indonesia.

Saat Setyo bergabung, diakuinya bahwa kondisi Pos Indonesia sangat memperihatinkan, dengan kinerja yang selalu merugi dari tahun 2004 sampai tahun 2008 dan diperparah dengan mayoritas tenaga kerja yang sudah berumur di atas 40 tahun. Akibatnya, perusahaan semakin sulit untuk berlari mengejar persaingan.

Pada saat genting seperti itu, Setyo melihat peluang untuk mengoptimalkan kompetensi yang dimiliki Pos Indonesia, yaitu kemampuan untuk membuat dan menerbitkan prangko. “Kami bekerja sama dengan perusahaan percetakan di Jerman dan berhasil menciptakan prangko berbahan Batik Tenun dan Kulit. Perangko ini sengaja dibuat dalam jumlah terbatas sebagai seri kolektordan dijual di luar negeri dengan harga satuanRp 20.000-Rp 50.000,” kata Setyo. Penjualan itu pun laku keras. Bahkan,Pos Indonesia berhasil mendapatkan suntikan pemasukan yang lumayan sebagai bekal untuk bertahan dan mulai berlari.

Berkolaborasi dengan paguyuban masyarakat Tionghoa, Pos Indonesia menerbitkan perangko edisi Shio. Prangko edisi ini pun disambut hangat oleh banyak masyarakat dan pengusaha keturunan di dalam maupun di luar negeri.

Setiap inisiatif yang dibuat oleh Pos Indonesia tentu memiliki risiko. Salah satu langkah berani yang diambil adalah dengan menjalin kerjasama dengan Merpati Airlines. “Saat itu, Merpati dipersepsikan oleh publik sebagai maskapai yang akrab dengan kecelakaan, sudah mau bangkrut dengan pesawat-pesawat yang sudah tua,” kata Setyo. Namun, Pos Indonesia tidaklah sembarangan menjadikan Merpati Indonesia sebagai rekan kerja dalam bisnis logistik dan pengiriman surat. Terlepas dari persepsi publik terhadap Merpati, Setyo yakin bahwa pilot-pilot Merpati yang haus akan jam terbangmampu menunaikan amanahnya. Berkat kerjasama ini Pos Indonesia mampu menekan biaya yang dihasilkan dan meningkatkan margin di unit bisnis logistiknya.

Sumber pendapatan lain yang mampu dihasilkan oleh Pos Indonesia untuk bertahan adalah dengan mengoptimalkan penggunaan aset-aset yang dimilikinya. Pos Indonesia merenovasi dan menyewakan gedungnya yang berjumlah ribuan dan tersebar di seluruh Indonesia kepada pihak swasta sebagai tenant. Hasilnya cukup memuaskan. Setelah diisi oleh pihak swasta, gedung-gedung tersebut mulai ramai dan hidup. Karenanya,jangan heran jika saat ini Anda akan menyaksikan gedung Pos Indonesia yang bersuasana mirip seperti mal dan dipenuhi oleh kawula muda ataupun keluarga yang ingin berbelanja ataupun menikmati berbagai hidangan di akhir pekan.

Untuk menjamin keberlangsungan nama, Setyo pun mematenkan merek “Kantor POS” terjemahan dari Post Office secara global. Sehingga, tidak boleh ada yang memakai nama “Kantor POS” selain Pos Indonesia. Jika ternyata ada perusahaan yang ingin menggunakanbrand itu, maka mereka harus meminta izin terlebih dahulu.

Berbagai langkah yang diambil terbukti mampu menyelamatkan Pos Indonesia dari ombak persaingan yang menerpa. Setyo Riyanto yang berjiwa entrepreneur, mampu membalikkan kinerja Pos Indonesia menjadi profit pada tahun 2009. Mereka pun semakin optimistisdalam menyongsong persaingan yang ada.Semua itu tidak terlepas dari jiwa kepemimpinan yang inovatif sehingga melahirkan sebuah keunggulan.

 

Writer: Andrizal, MarkPlus Institute

Source: http://marketeers.com/article/kiat-menjadi-seorang-entrepreneurial-leader.html

Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Berawal dari gebrakan di Inggris, ekonomi atau industri kreatif kini banyak diadopsi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan komposisi jumlah penduduk usia muda sekitar 43 persen (sekitar 103 juta orang), Indonesia memiliki basis sumber daya manusia cukup banyak bagi pengembangan ekonomi kreatif. Industri Kreatif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian.

Ada 14 subsektor industri kreatif di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, yakni periklanan; arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen; video, film dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan peranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan. Pertumbuhan ekspor industri kreatif tahun 2006-2009 tercatat 2,9 persen. Berikut mengapa ekonomi kreatif sangat dibutuhkan dalam persaingan global dan kontribusi kepada perekonomian nasional.

Salah satu aspek terpenting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia adalah penciptaan wirausahawan kreatif. Karena para wirausahawan inilah yang akan berperan penting dalam pengembangan ekonomi kreatif. Saat ini, Indonesia belum masuk kedalam kelompok negara industri maju di dunia karena masih banyak aspek yang menjadi persoalan dalam mengembangkan sektor industri nasional. Salah satunya adalah masih minimnya pelaku usaha atau pengusaha pada sektor ekonomi terutama ekonomi kreatif. Ini bisa dilihat dari jumlah pengusaha di Indonesia baru sebanyak 440 ribu pengusaha atau sekitar 0,2 % dari total penduduk Indonesia. Bandingkan dengan negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat (20%), Jepang (18%), Inggris (18%), Singapura (10%), China (5%) dan India (5%). Berikut tabel tren pertumbuhan dan kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia.

Melihat perkembangan aktivitas kreatif yang semakin marak digulirkan di berbagai wilayah disertai dengan semakin antusiasnya berbagai kota dan daerah untuk menjadi kota kreatif turut mengindikasikan bahwa ekonomi kreatif telah mengambil peran dalam aktifitas perekonomian nasional. Setiap daerah/wilayah pada umumnya memiliki potensi produk yang bisa diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah yang mesti menjadi intinya lalu ditambah unsur kreativitas dengan sentuhan teknologi. Berikut merupakan diagram penyebaran kontribusi dari 14 sub sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Berdasarkan data yang didapat bahwa kontribusi dari 14 sub sektor industri kreatif didominasi oleh Fesyen sebesar 43,02% dan kerajinan sebesar 25,12% diikuti dengan Periklanan (7,18%), Musik (5,30%) dan Penerbitan Dan Percetakan (4,86%). Ekonomi kreatif diyakini mampu menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah nasional, yaitu: (1) tingginya kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (rata-rata 7,28% per tahun); (2) penyerapan tenaga kerja di tengah tingginya pengangguran (7,75%), dan (3) peran aktif dalam perdagangan internasional.

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑